Akhir-akhir ini begitu banyak didapati hubungan yang retak, antar Suami Istri, Orangtua - Anak, Sesama, bahkan di kalangan mereka yang sudah mengenal Tuhan. Padahal buat TUHAN sebuah hubungan adalah inti yang harus dipertahankan untuk masa depan.
Kasih dan Komitmen banyak yang sudah tidak ada lagi.
Apa yang dimaksud dengan komitmen?
Komitmen memiliki pengertian = Keberanian seseorang untuk dengan sadar mengikatkan diri dengan janji kepada sesuatu supaya kita dapat mengerjakan sesuatu sampai Masa Depan.
Ujung dan batasan dari Komitmen adalah Masa Depan, ketika berbicara komitmen berarti berbicara masa depan.
Gampang diucapkannya, tapi dilakukannya tidak gampang, untuk itu TUHAN memberikan prinsip-prinsip bagaimana berkomitmen.
Sebuah artikel menyebutkan :
People changes (Orang berubah)
Feeling changes (Perasaan berubah)
Circumtance changes (Keadaan berubah)
Commitment to love someone forever is not a realistic commitment (Komitmen untuk mencintai seseorang selamanya adalah komitmen yang tidak realistik)
(Orang berpikir dia sudah berubah, perasaannya berubah, keadaanpun berubah, jadi wajar dong kalau komitmen cinta tidak dapat dipertahankan lagi)
Inilan pandangan kebanyakan orang (logika rata-rata), tapi Prinsip Kebenaran Alkitab mengajarkan kita dengan jelas untuk tetap memegang komitmen kita, meskipun orang, perasaan dan keadaan telah berubah.
Cinta tidak boleh didasari perasaan, Cinta harus didasari komitmen oleh prinsip-prinsip Kebenaran Firman TUHAN.
Suami dan Istri terus berkomitmen untuk mencintai satu sama lain,
Orangtua dan Anak terus berkomitmen untuk mencintai satu sama lain
1 Korintus 16:23, "Kasih Karunia TUHAN YESUS menyertai kamu"
Ekspresi Cinta diwujudkan dalam kehadiran (menyertai) satu sama lain.
Kehadiran adalah obat bagi seluruh penyakit cinta.
Menyertai memiliki arti : menemani, ikut ambil bagian, hadir
Karena TUHAN cinta kita, IA ikut menemani kita, IA ikut ambil bagian dalam proses kehidupan kita.
Penyakit cinta yang menduduki rating pertama adalah Lonelines (kesepian).
Orang yang kesepian tetap merasa sepi meskipun ia berada dalam keramaian.
Untuk itu TUHAN datang ke dunia dengan disebut "IMMANUEL" (TUHAN menyertai kita)
Hadir mengarah kepada keberadaan secara fisik, tapi TUHAN tidak hanya hadir tapi menyertai (yang artinya ikut ambil bagian dalam keberadaan kita).
Andai tidak ada orang yang hadir menyertai kita, Kasih Karunia TUHAN itu menyertai kita (Ia tahu cara berpikir kita, realita-realita dan pergumulan yang kita hadapi, dan Ia menemani kita)
"YOU ARE NOT ALONE, I AM WITH YOU"
(Kamu tidak sendiri, Aku bersamamu)
Roma 12:15, "Bersukacitalah dengan orang yang bersukacita, dan menangislah dengan orang yang menangis!"
= inilah yang dimaksud penyertaan bukan hanya secara fisik, tapi penyertaan dalam proses, yang akan menginjeksi kekuatan hingga orang tersebut dapat menang dan keluar dari permasalahannya.
Hal berikutnya, "Asumsi adalah rayap bagi sebuah hubungan"
Asumsi : permainan kira-kira yang tidak mengandung angka absolut di dalamnya.
Asumsi mencelakakan. Bila kita ingin mempertahankan hubungan sampai akhir, kita harus memerangi segala asumsi. Suami-Istri, Orangtua-Anak, Teman-dengan Teman.
Kesaksian :
Baru-baru ini saya melayani sepasang suami istri yang saya sudah kenal sangat baik. Sang suami menuntut cerai kepada istrinya. Pada waktu suami diajak bicara, apa alasanmu melakukan itu? "Istri saya selingkuh dengan bosnya di kantor". Ada buktinya? Kamu lihat dengan mata sendiri?" Suami menjawab, "Pokoknya saya tahu" Lalu saya menemui Sang istri, "Jujur sama saya, betul kamu selingkuh dengan bos mu?" "Saya berani dipertemukan dengan siapapun, orang-orang di kantor saksinya kalo memang betul saya selingkuh dengan bos saya." Lalu setelah pembicaraan itu, saya kembali menemui suaminya dan menjelaskan tanggapan sang Istri. Tapi Suaminya tetap bersikeras karena ASUMSI nya bahwa Istrinya selingkuh, meskipun tidak ada bukti di depan matanya sendiri. Akhirnya mereka bercerai. Istri dan anak-anak mereka menangis menghadapinya.
Sungguh, Asumsi mencelakakan.
Sampai yang terparah, kita manusia juga suka bermain asumsi terhadap TUHAN,
2 asumsi besar manusia kepada TUHAN :
Mazmur 37:1-4, 8-9, "Dari Daud. Jangan marah karena orang yang berbuat jahat, jangan iri hati kepada orang yang berbuat curang; sebab mereka segera lisut seperti rumput dan layu seperti tumbuh-tumbuhan hijau. Percayalah kepada TUHAN dan lakukanlah yang baik, diamlah di negeri dan berlakulah setia, dan bergembiralah karena TUHAN; maka Ia akan memberikan kepadamu apa yang diinginkan hatimu. Ayat 8-9, Berhentilah marah dan tinggalkanlah panas hati itu, jangan marah, itu hanya membawa kepada kejahatan. Sebab orang-orang yang berbuat jahat akan dilenyapkan, tetapi orang-orang yang menanti-nantikan TUHAN akan mewarisi negeri."
1. Kenapa TUHAN ga adil? Orang yang tidak berpegang nilai kebenaran terlihat mudah untuk berhasil
Jangan marah sama orang jahat, jangan iri hati sama orang curang. Lihat akhir mereka. Orang benar akan (pada waktu-Nya) mewarisi negeri, TUHAN itu tahu mengatur waktu-Nya.
2. Mencurigai bahwa TUHAN itu ga nyata
Ada banyak orang yang sampai hari ini bertanya-tanya, TUHAN itu sebenernya ada / tidak ? Mendengarkan Doa kita / tidak? Atau jangan-jangan TUHAN itu hanya dongeng turun temurun? Kenapa saat kita butuh mujizat belum dapat, tapi orang lain dengan mudah dapat.
Asumsi itu menyebabkan orang kecewa, marah dan meninggalkan TUHAN. Asumsi itu menjadi rayap yang mencelakakan kalau tidak segera diputuskan.
Orang yang terbiasa bermain asumsi kepada TUHAN menjadi akar untuk berasumsi kepada orang lain. Cabut akarnya, maka kita juga akan berhenti menilai orang lain dengan asumsi.
Kamu harus mencabut semua akar-akarnya |
Kalau kita terbiasa tidak main asumsi dengan TUHAN, kita juga akan dengan mudah tidak bermain asumsi dengan oranglain.
Kejadian 22:1-4,
"Setelah semuanya itu Allah mencoba Abraham. Ia berfirman kepadanya: "Abraham," lalu sahutnya: "Ya, Tuhan." Firman-Nya: "Ambillah anakmu yang tunggal itu, yang engkau kasihi, yakni Ishak, pergilah ke tanah Moria dan persembahkanlah dia di sana sebagai korban bakaran pada salah satu gunung yang akan Kukatakan kepadamu." Keesokan harinya pagi-pagi bangunlah Abraham, ia memasang pelana keledainya dan memanggil dua orang bujangnya beserta Ishak, anaknya; ia membelah juga kayu untuk korban bakaran itu, lalu berangkatlah ia dan pergi ke tempat yang dikatakan Allah kepadanya. Ketika pada hari ketiga Abraham melayangkan pandangnya, kelihatanlah kepadanya tempat itu dari jauh."
"Keesokan harinya pagi-pagi" (dalam bahasa aslinya diketahui sekitar jam 3-6 pagi) Ia bergumul semalaman dan langsung memutuskan untuk melakukan apa yang TUHAN minta, ia tidak menunggu setahun dulu berpikir baru melakukan.
Apa yang mendasari sikap Abraham? Komitmen Cintanya pada TUHAN, membuat Abraham memutuskan untuk menjadi Konsisten dan rela repot untuk mencintai. Orang yang paling sering membuat kita repot kan orang-orang terdekat bukan?
Yohanes 14:21, "Barangsiapa memegang perintah-Ku dan melakukannya, dialah yang mengasihi Aku. Dan barangsiapa mengasihi Aku, ia akan dikasihi oleh Bapa-Ku dan Aku pun akan mengasihi dia dan akan menyatakan diri-Ku kepadanya."
Bukti Abraham komitmen Cinta sama TUHAN, dia dengar dan lakukan apa yang TUHAN mau.
Kalau ga mau repot jangan bangun hubungan dari awal. Kalau sudah berkomitmen untuk membangun cinta, relalah untuk repot, karena ga ada hubungan yang membuat kita ga repot, terjanglah kesulitan yang ada sebagai wujud konsistensi untuk mempertahankan komitmen.
Kesimpulan :
- Cinta tidak boleh didasari perasaan, Cinta harus didasari komitmen oleh prinsip-prinsip Kebenaran Firman TUHAN.
- Selalulah sertai pasangan kita, cari tahu apa yang dirasa dan dipikir, ikut sertalah dalam lembah perjuangan, komitmen akan terjaga.
- Bunuh semua asumsi, nilai orang dengan prinsip Kebenaran Firman TUHAN.
- Pilihlah untuk menjadi konsisten mencintai dan mau repot dalam sebuah hubungan, hingga mencapai akhirnya Eternal Life (Kekekalan)
Tuhan Yesus Memberkati
Khotbah Minggu, 28 April 2013
GBI Baranangsiang, Bandung